Renungan Harian - Sunday, 29 October 2023

HUKUM YANG UTAMA DAN TERUTAMA


Minggu, 29 Oktober 2023

Keluaran 22:21-27

Mazmur 18:2-3a.3bc-4.47.51ab

1 Tesalonika 1:5c-10

Matius 22:34-40


“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dalam segenap akal budimu.” --- Matius 22:37


TIDAK JARANG kita mendengar teman atau bahkan kita sendiri mengatakan - aku jatuh cinta pada si A atau aku sungguh-sungguh cinta pada Tuhan - dan bukan hanya sekali dua kali saja dalam hidup kita mendengar atau bahkan mengatakannya. Dan sungguh mudah kata-kata itu keluar dari mulut kita. Namun apakah kita sesungguhnya mengerti apa yang kita katakan?

Bacaan Liturgi hari ini mengajarkan kita apa arti kata mencintai. Mencintai sesama dan terlebih lagi mencintai Tuhan kita, bukan hanya sebatas kata-kata atau yang sering kita dengar dalam bahasa Inggris sebagai ‘lips service only’. Di bacaan pertama, Tuhan mengajarkan bagaimana kita seharusnya memperlakukan sesama kita, terutama yang secara umum digolongkan kepada yang kurang beruntung. Bahkan Tuhan sendiri mengatakan dengan tegas dan jelas bahwa Ia akan mendengarkan seruan dan doa mereka. Dan Tuhan bukan hanya mendengarkan namun juga akan menjawab dan menghukum yang menindas mereka. Mazmur dan bacaan kedua mengajarkan kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan seluruh diri kita. Sedangkan di Injil kita pada hari ini, Yesus menekankan apa Hukum yang pertama dan kedua dari seluruh Hukum Taurat dan Kitab para Nabi.

Kalau kita renungkan, memang sungguh masuk akal manusiawi kita. Karena bagaimana kita bisa mengatakan mengasihi jika kita juga menyakiti? Menindas? Tidak memberi bantuan saat dibutuhkan padahal kita mampu dan memiliki lebih dari yang kita sendiri butuhkan? Memang tidak tepat rasanya, karena berlawanan dengan yang kita ucapkan dan akhirnya hanya sebatas ‘lips service only’. Begitupun dengan hukum kedua yang Yesus katakan di Injil, untuk mencintai sesama. Bagaimana kita bisa mengatakan cinta Tuhan, yang sesungguhnya tidak kita lihat, bahkan tidak bisa kita lihat, jika kita mengabaikan, menelantarkan, tidak memperdulikan yang bisa kita lihat ? Sepertinya memang hanya sekedar omongan saja, dan bukan sungguh-sungguh mencintai dari hati yang tulus. Di kitab Efesus 4 : 32 dikatakan :“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.“ Memang tidak mudah dan memang lebih mudah mengatakan daripada melakukan, terlebih kepada sesama yang nyata ada di sekitar kita dan seringkali tidak sejalan dengan apa yang kita sukai, terlebih lagi jika situasi juga sedang tidak mendukung, kita sedang menghadapi badai kehidupan, tentunya akan sangat manusiawi untuk ‘menyakiti’ orang lain, terlebih yang yang ‘pernah menyakiti’ kita. Memang lebih mudah mengatakan mencintai Tuhan yang tidak kelihatan sehingga sepertinya kita menunaikan apa yang kita katakan dengan melakukan berbagai pelayanan.  Namun bukan itu yang Tuhan kita berkenan dan saya juga percaya bukan itu yang akan menjadi akses menuju keselamatan dan kehidupan kekal yang kita targetkan. Di Injil Yohanes Yesus mengatakan : “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Yohanes 13:35. Memang tidak mudah dan membutuhkan waktu, usaha dan ketekunan, namun bukan berarti mustahil. Dengan iman, doa dan kehidupan rohani kita terutama dengan bantuan sesama di sekitar kita - keluarga, komunitas, saudara/i seiman - kita pasti bisa. Didalam Yesus tidak ada yang mustahil terlebih lagi jika itu untuk membangun Kerajaan-Nya. (Bea).

 

 

DOA: “Ya Yesus-ku, ajari aku untuk bisa mengerti apa arti mengasihi dan mencintai. Ajari aku untuk bisa menjadi pelaku Firman dan bukan hanya sebatas membaca dan memahami. Ajari aku untuk menjadi pemberi kasih yang aktif dan bukan hanya menunggu tanpa berinisiatif. Jadikan aku penunai Hukum Utama dan terutama-Mu, pelaku yang tidak pernah mengenal Lelah, Amin.”

JANJI: “Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku !“ - Mazmur 18:3

PUJIAN:  Camino de Santiago, yang lebih dikenal sebagai Camino Walk. Camino dalam bahasa Spanyol artinya jalan kaki. Menurut sejarah Kekristenan, para pengikut Santo Yakobus membawa jasad beliau dari Yerusalem menuju Santiago dengan berjalan kaki. Sejak itu  rute tersebut menjadi ramai oleh peziarah. Saya juga melakukan Camino Walk - The French Way - dari St. Jean pied de Port to Santiago sekitar 780 km. Yang sangat berkesan bagi saya, selama perjalanan tersebut sungguh mencerminkan kedua hukum yang menjadi topik bacaan Liturgi hari Minggu ini. Karena berbagai orang dari berbagai negara, berbagai ras, berbagai agama, melakukan Camino, dengan berbagai alasan dan latar belakang dan tujuan, namun sebagai sesama penziarah yang tetap saling asing, bahkan sungguh-sungguh asing karena bahasa, tetap berbagi kasih di sepanjang jalan. Saling membantu, terutama saat melihat ada yang kesulitan ataupun membutuhkan sesuatu di tempat yang terpencil. Semangat Kristiani yang kita semua dambakan. Dan juga iman yang penuh dan fokus saat berjalan hanya tertuju pada Sang Pencipta. Sungguh luar biasa.

Penanggung Jawab RH: Komunitas MBA (Mari Baca Alkitab)


Bagikan :

Renungan Harian lainnya :

SEORANG HAMBA

Sunday, 07 Jul 2024

MEMATUHI PERATURAN

Saturday, 06 Jul 2024

JALAN HIDUP DAN AKHIR HIDUPMU

Friday, 05 Jul 2024

SUDUT PANDANG

Thursday, 04 Jul 2024

MENJADI PERCAYA

Wednesday, 03 Jul 2024

IMAN TUMBUH dari RASA PERCAYA

Tuesday, 02 Jul 2024

IKUT SEGERA, JANGAN TUNDA

Monday, 01 Jul 2024

SIAPAKAH YESUS BAGIKU

Saturday, 29 Jun 2024

JADILAH ENGKAU TAHIR

Friday, 28 Jun 2024

KETAATAN

Thursday, 27 Jun 2024

MENGENAL POHON DARI BUAHNYA

Wednesday, 26 Jun 2024