Renungan Harian - Wednesday, 14 August 2019

MENEGUR DENGAN BIJAKSANA


Rabu, 14 Agustus 2019

St. Maksimilianus Maria Kolbe

Ulangan 34:1-12

Mazmur  66:1-3a,5,8,16-17

Matius 18:15-20

 

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu  engkau telah mendapatnya kembali”  ----  Matius 18:15

 

BENAR DAN TEPAT menjadi kata kunci dalam menyampaikan suatu teguran kepada seseorang yang  telah melakukan suatu kesalahan atau dosa. Maka wajar jika seseorang yang jatuh dalam dosa membuat benteng pertahanan diri dan menciptakan pintu-pintu kebenaran untuk pembenaran dirinya. Sikapnya menjadi sensitif,  mudah tersinggung, menjauh dari lingkungannya, bahkan tidak mau  berkomunikasi lagi.  Maka diperlukan penyampaian dengan kata-kata yang “benar” dalam memberikan nasihat agar dapat membuat orang itu menyadari kesalahannya.

“Benar” di sini berarti  bahwa yang menegur  benar-benar yakin bahwa  kesalahan yang dilakukan   berdasarkan  fakta yang ada. Bukan bersumber  pada “katanya” dari orang lain yang memungkinkan adanya penambahan atau pengurangan dari fakta yang sebenarnya.  Dan menegur seseorang juga harus dengan cara  “tepat”, karena cara yang salah justru akan membuat kebencian dan kemarahan. Hanya cara  yang tepat  membuat seseorang terbuka hatinya dan menyadari kesalahannya. Jadi untuk menegur seseorang, dibutuhkan prinsip tepat  waktu, tepat situasi, dan tepat kualitas orang yang menegurnya.

Menegur seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yang penting diingat bahwa jika ada seseorang jatuh ke dalam dosa, maka kita harus meresponnya mula-mula dengan kasih, seperti dalam bacaan Injil hari ini.  Yang pertama  dengan cara menegur di bawah empat mata (Mat 18:15); hal ini  merupakan cara yang baik, efektif, dan bijaksana, karena dengan berbicara empat mata, seseorang akan terjaga privasinya, terhindar dari rasa malu dari banyak orang, sehingga lebih mudah untuk disadarkan dan mengakui  kesalahannya. Namun jika tidak bisa dengan cara ini, dapat dilakukan cara yang kedua yakni membawa seorang atau dua orang lagi sebagai saksi agar perkaranya tidak disangsikan (Mat 18:16). Dan jika belum bisa juga menyadarkannya dari kedosaan, maka disampaikan soalnya kepada jemaat  Kita semua adalah jemaat Gereja Allah; satu di dalam Tubuh Kristus. Maka janganlah sampai terjadi ada seseorang yang tidak mau mendengarkan jemaat Allah, karena ia bisa dipandang sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai (Mat 18:17). Sebagai satu jemaat Allah, jika ada persoalan yang menyangkut kedosaan, maka kita wajib meresponnya. Jangan sampai kita menjauhkan seseorang yang jatuh dalam dosa ke dalam kedosaan yang lebih dalam lagi.  Maka seperti janji Yesus, dimana  dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya kita dapat  meminta kepada Bapa agar segala perkara dan dosa dapat diampuni-Nya (Mat 18:19-20). Kita benci akan dosanya, tetapi tetap sayang akan orangnya. 

Kita percaya,  jika  ada satu orang bertobat dan diampuni, maka akan menjadikan kegembiraan yang luar biasa bagi kita sebagai anggota Gereja. Seperti yang telah  Yesus ajarkan dalam perumpamaan-Nya  bahwa dengan dapat  menemukan seekor domba yang tersesat, maka lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat (Mat 12:12-14). Allah Bapa di surga  tidak menghendaki salah seorang dari kita hilang karena dosa (TON)

 

Doa: Yesus jadikanlah kami tulus hati  dalam menegur kesalahan dan dosa orang lain, dan jauhkanlah sikap menghakimi dalam diri kami atas suatu  perkara.

Janji: “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.  ----  Mazmur 66:16-17

Pujian: Petugas tata tertib misa mengajak pak Frans  keluar dari barisan antrian komuni karena  mengetahui status perkawinannya yang belum beres menurut ajaran Katolik. Setelah selesai Misa, Frater Damian  dengan sopan mengajak berbicara empat mata di ruangannya, sampai akhirnya Pak Frans bisa menyadari kesalahannya. Sekarang ia dan istrinya dengan gembira dan sungguh hati  sedang mengikuti proses  konvalidatio (pemberesan) perkawinan sesuai ajaran Katolik supaya pantas menyambut Tubuh Kristus.

Penanggung jawab RH: Rm. Subroto Widjojo, SJ


Bagikan :

Renungan Harian lainnya :

MEMATUHI PERATURAN

Saturday, 06 Jul 2024

JALAN HIDUP DAN AKHIR HIDUPMU

Friday, 05 Jul 2024

SUDUT PANDANG

Thursday, 04 Jul 2024

MENJADI PERCAYA

Wednesday, 03 Jul 2024

IMAN TUMBUH dari RASA PERCAYA

Tuesday, 02 Jul 2024

IKUT SEGERA, JANGAN TUNDA

Monday, 01 Jul 2024

SIAPAKAH YESUS BAGIKU

Saturday, 29 Jun 2024

JADILAH ENGKAU TAHIR

Friday, 28 Jun 2024

KETAATAN

Thursday, 27 Jun 2024

MENGENAL POHON DARI BUAHNYA

Wednesday, 26 Jun 2024

JALAN SEMPIT JALAN KEHIDUPAN

Tuesday, 25 Jun 2024