Renungan Harian - Monday, 29 October 2018
MENGATASI “BUDAYA MASA BODO”
Senin, 29 Oktober 2018
Efesus 4:32--5:8
Mazmur 1:1-6
Yohanes 13:10-17
“Bukankah perempuan itu ... harus dilepaskan dari ikatannya itu ...?” --- Lukas 13:16
YA TENTU SAJA perempuan itu harus dilepaskan! Telah delapan belas tahun ia menderita seperti itu sampai ia tidak bisa apa-apa. Dia sangat berhak untuk mendekati Yesus. Tetapi nyatanya kesembuhannya malah mendapat kritikan pedas, bukannya sukacita dan bersyukur.
Mungkin kita sangat mengharap pimpinan sinagoga setempat di mana ia sendiri menyaksikan mukjizat penyembuhan itu untuk ikut serta bergembira, malahan dia memarahi perempuan yang telah lama menderita itu dengan mengutip Taurat Musa. Dan Yesus menanggapi ucapan pemimpin sinagoga itu dengan suatu pernyataan retoris : “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang melepas lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minum? Bukankah perempuan itu yang sudah delapan belas tahun diikat oleh iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia anak Abraham?” (Luk 13:16).
Suatu pertanyaan singkat yang memberi pencerahan mendalam akan masalah!
- Memang secara kebiasaan perempuan itu tidak disembuhkan pada hari suci Sabat. Tetapi Yesus lebih memikirkan martabat manusia daripada peraturan atau prosedur. Kita hendaknya juga demikian. Tidakkah seharusnya orang-orang mempunyai hak untuk memperoleh makanan yang cukup, pelayanan air minum yang sehat dan juga perumahan? Tidakkah setiap penduduk sepantasnya mendapat pelayanan dan perawatan medis yang memadai?! Di sini Yesus menelanjangi apa yang disebut oleh Paus kita Fransiskus dengan istilah ‘budaya masa bodoh’, yang harus diganti dengan ‘budaya perjumpaan’ atau ‘budaya menyapa’.
- Yesus tidak hanya menyembuhkan perempuan yang telah lama menderita, tetapi juga Yesus mengembalikan martabatnya sebagai ‘keturunan Abraham.’
Budaya membiarkan sikap masa bodoh diretas dengan membangun jembatan untuk menyapa dan bersikap bersaudara. Itu bisa kita mulai dengan ‘senyum’ yang menyapa, dengan sabar mau mendengarkan orang, menawarkan sebotol air minum. Di situlah kita bisa mulai.
Sekali bisa menghentikan praktek ‘budaya masa bodoh’, kita bisa bertindak lebih lanjut. Ini akan bergema dan berdampak luas.
Berkat Allah akan kita rasakan bersama. Tidakkah setiap orang berhak untuk dibebaskan? Ya!
Doa: Tuhan, semua anak-anak-Mu patut dibebaskan. Bukalah mata kami agar kami dapat melihat sesama yang membutuhkan pembebasan.
Janji: “Jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu” --- Efesus 5:1-2
Pujian: Umat yang tidak tinggal di kampung-kampung di Jakarta saat ini diminta pro-aktif bersikap bersaudara dan bersabahat dengan tetangga apapun suku dan keyakinan mereka.
Penanggung jawab RH: Rm. Subroto Widjojo, SJ
Bagikan :
Renungan Harian lainnya :
IMAN TUMBUH dari RASA PERCAYATuesday, 02 Jul 2024 |
IKUT SEGERA, JANGAN TUNDAMonday, 01 Jul 2024 |
DUNIA DAN MANUSIA MEMBUTUHKAN PENYEMBUHANSunday, 30 Jun 2024 |
SIAPAKAH YESUS BAGIKUSaturday, 29 Jun 2024 |
JADILAH ENGKAU TAHIRFriday, 28 Jun 2024 |
KETAATANThursday, 27 Jun 2024 |
MENGENAL POHON DARI BUAHNYAWednesday, 26 Jun 2024 |
JALAN SEMPIT JALAN KEHIDUPANTuesday, 25 Jun 2024 |
RAHMAT TUHAN MEMBAWA SUKACITAMonday, 24 Jun 2024 |
MENGAPA KAMU TIDAK PERCAYA ?Sunday, 23 Jun 2024 |
BERPIKIR SECARA POSITIFSaturday, 22 Jun 2024 |
HARTA SURGAWIFriday, 21 Jun 2024 |