Renungan Harian - Saturday, 04 November 2023

MENOLONG TANPA PAMRIH


Sabtu, 4 November 2023

Roma 11:1-2a.11-12.25-29

Mazmur 93:12-13a.14-15

Lukas 14:1.7-11

Peringatan Wajib St. Karolus Borromeus, Uskup.


"Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.” --- Lukas 14:12-13


ASAS KESETARAAN, keseimbangan dan keadilan dalam suatu tindakan memberi sering diartikan serta diwujudkan dalam bentuk berbalasan atau bergantian dalam memberi. Pandangan semacam ini akan mengarah kepada suatu nilai bahwa apabila seseorang memberi maka pada waktunya dia akan (bahkan sering dipandang sebagai “mempunyai hak” untuk) memperoleh “balasan”. Baik “balasan” dari seseorang yang diberi atau berasal dari orang lain. Cara pandang semacam ini sudah jamak dalam masyarakat dewasa ini. Sering kita mendengar percakapan-percakapan berikut dalam suatu keluarga: “Jangan undang dia, sebab dulu kita juga tidak diundangnya”, “Kado dari kita hendaknya setara harganya dengan harga kado yang dia berikan ke kita dulu!”, dsb.

Dengan demikian tindakan pemberian yang kita lakukan secara disadari maupun tidak, telah melahirkan sebuah harapan untuk “menerima balasan”. Baik dengan nilai yang sama atau berbeda. Munculnya harapan untuk “menerima balasan” inilah yang dikenal dengan nama “pamrih”. Banyak justifikasi telah dihadirkan untuk memberi banyak pembenaran dari “harapan memperoleh balasan” tersebut. Sehingga menjadi tidak lazim dan dianggap aneh bila ada suatu tindakan yang dibilang “tanpa pamrih”. “No free lunch!”, demikian sering dikatakan banyak orang.

Ditengah arus dunia yang mempunyai pandangan demikian, adalah menjadi tugas kita untuk membawa “cahaya penerang” yang akan membimbing setiap orang kepada keselamatan.

Bacaan hari ini (Luk 14:12-13) mengingatkan kita, bahwa sebagai murid Yesus kita harus memberi tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan balasan. Teladan atas hal ini sudah diberikan sendiri oleh Tuhan Yesus yang bersedia menderita dan wafat disalib untuk menebus dosa manusia. Penebusan itu dilakukan secara cuma-cuma agar manusia hidup bahagia.

Kalau kita memberi dengan mengharapkan suatu balasan, maka tidak ada bedanya antara kita dengan orang-orang yang bekerja untuk mendapat upahnya. Justru dengan mengikuti Yesus, kita harus punya pembeda. Sebagai pengikut Yesus kita harus bisa melawan kecenderungan kedagingan kita. Agere contra, melakukan hal sebaliknya untuk kemuliaan Allah, demikian nilai yang dihayati dan diajarkan oleh St. Igatius Loyola. Pembeda seperti ini sekaligus akan menjadi penanda bahwa kita adalah murid Yesus yang taat. Apabila hal semacam ini kita lakukan, dengan sendirinya kita juga akan menjadi pembawa “cahaya penerang”, pembawa Kabar Baik.

Berbuat “dengan pembeda” ini ternyata tidak mudah dilakukan. Namun ada hal sederhana yang dapat kita kerjakan. Bisa kita diawali dengan “membangkitkan kesadaran diri” untuk “melawan kecenderungan” keinginan untuk mendapatkan “upah/imbalan/balasan” dalam setiap perbuatan yang kita lakukan. Pada saat yang sama harus juga kita lengkapi dengan selalu berserah diri kepada rencana Allah atas diri kita.

Kesadaran semacam ini bila sering kita bangkitkan maka akan membentuk suatu “cara pandang baru” dalam setiap tindakan kita. Niscaya, kita “akan akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar”. (Luk 14:14) (Hadi Karyono).

 

DOA: Ya Tuhan, memberi dengan sikap pamrih itulah yang sering kami lakukan. Atas setiap tindakan yang kami lakukan, kami selalu mempertimbangkan apa untungnya bagi diri kami, apa balasannya, apa yang akan kami dapatkan. Sangat jarang kami terlepas dari adanya pamrih. Ya Tuhan, bantu kami untuk senantiasa menyadari bahwa berbuat tanpa pamrih-lah yang Engkau kehendaki dari kami untuk kami lakukan, Amin.”

JANJI: ”Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya.” - Mazmur 94:14

PUJIAN: St. Karolus Borromeus. Dilahirkan dalam keluarga bangsawan pada tanggal 2 Oktober 1538 di Kastil Arona, Milano. Ayahnya bernama Giberto Berromeo dan ibunya bernama Margherita de’Medici. Pada usia 22 tahun, Karolus Borromeus diangkat oleh Paus Pius IV (yang adalah saudara Ibunya) sebagai Kardinal dan menjabat sebagai sekretaris negara, dan menjadi orang terkuat di Kuria Roma. Setelah kakaknya meninggal, Karolus Borromeus memutuskan mengikuti retret khusus dan menjadi imam. Pada tahun 1563 Karolus Borromeus ditahbiskan sebagai imam. Dia sangat berperan dalam keberhasilan Konsili Trente 1562-1563. Mempertimbangkan kehidupan keagamaan yang amat parah di Keuskupan Milano yang antara lain dipengaruhi oleh terjadinya Reformasi Protestan, Karolus Borromeus mohon kepada Paus Pius IV agar dibebaskan dari tugasnya di Kuria Roma sehingga dapat fokus memperbaiki kehidupan keagamaan di Keuskupan Milano. Karolus Borromeus secara resmi diangkat sebagai uskup agung Milano pada tanggal 12 Mei 1564. Pekerjaan beratnya sangat mempengaruhi kesehatannya. Karolus Borromeus  meninggal pada tanggal 3 November 1584. Beatifikasi pada tahun 1602 oleh Paus Klemens VIII dan Kanonisasi pada tanggal 1 November 1610 oleh Paus Paulus V.

Penanggung Jawab RH: Komunitas MBA (Mari Baca Alkitab)


Bagikan :

Renungan Harian lainnya :

SEORANG HAMBA

Sunday, 07 Jul 2024

MEMATUHI PERATURAN

Saturday, 06 Jul 2024

JALAN HIDUP DAN AKHIR HIDUPMU

Friday, 05 Jul 2024

SUDUT PANDANG

Thursday, 04 Jul 2024

MENJADI PERCAYA

Wednesday, 03 Jul 2024

IMAN TUMBUH dari RASA PERCAYA

Tuesday, 02 Jul 2024

IKUT SEGERA, JANGAN TUNDA

Monday, 01 Jul 2024

SIAPAKAH YESUS BAGIKU

Saturday, 29 Jun 2024

JADILAH ENGKAU TAHIR

Friday, 28 Jun 2024

KETAATAN

Thursday, 27 Jun 2024

MENGENAL POHON DARI BUAHNYA

Wednesday, 26 Jun 2024